Kandungan Kimia Tembakau
1. Nikotin
Nikotin termasuk dalam golongan alkaloid yang terdapat dalam famili Solanaceae. Nikotin dalam jumlah banyak terdapat pada tanaman tembakau, sedang dalam jumlah kecil terdapat pada tomat, kentang dan terung. Nikotin, bersama kokain dapat pula ditemukan pada daun tanaman koka. Kadar nikotin berkisar antara 0,6 – 3,0% dari berat kering tembakau, dimana proses biosintesisnya terjadi di akar dan terakumulasi pada daun tembakau. Nikotin terjadi dari biosintesis unsur N pada akar dan terakumulasi pada daun. Fungsi nikotin adalah sebagai bahan kimia antiherbivora dan adanya kandungan neurotoxin yang sangat sensitif bagi serangga, sehingga nicotine digunakan sebagai insektisida pada masa lalu.
1. Nikotin
Nikotin termasuk dalam golongan alkaloid yang terdapat dalam famili Solanaceae. Nikotin dalam jumlah banyak terdapat pada tanaman tembakau, sedang dalam jumlah kecil terdapat pada tomat, kentang dan terung. Nikotin, bersama kokain dapat pula ditemukan pada daun tanaman koka. Kadar nikotin berkisar antara 0,6 – 3,0% dari berat kering tembakau, dimana proses biosintesisnya terjadi di akar dan terakumulasi pada daun tembakau. Nikotin terjadi dari biosintesis unsur N pada akar dan terakumulasi pada daun. Fungsi nikotin adalah sebagai bahan kimia antiherbivora dan adanya kandungan neurotoxin yang sangat sensitif bagi serangga, sehingga nicotine digunakan sebagai insektisida pada masa lalu.
Nikotin (β-pyridil-α-N-methyl pyrrolidine) merupakan senyawa organik spesifik yang terkandung dalam daun tembakau. Apabila dihisap senyawa ini akan menimbulkan rangsangan psikologis bagi perokok dan membuatnya menjadi ketagihan. Selama ini yang terjadi adalah tembakau mutu tinggi pada umumnya mengandung nikotin dan senyawa aromatisnya tinggi. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kadar nikotin antara lain tipe tanah, ketinggian tempat, kerapatan populasi tanaman, dosis pupuk dan jenis lahan. Tembakau yang ditanam pada tanah berat berkadar nikotin lebih rendah dibanding yang ditanam di tanah lempung. Kadar nikotin tembakau cenderung meningkat bila ditanam di daerah yang lebih tinggi. Semakin banyak populasi tanaman per hektar kadar nikotin semakin rendah, dan semakin tinggi dosis pemupukan nitrogen kadar nikotin semakin tinggi. Kadar nikotin tembakau yang ditanam di lahan sawah lebih rendah dibanding di lahan tegal.
Kandungan racun LD50 dalam nikotin pada dosis 40-60 mg (0,5-1 mg/kg) dapat menjadi dosis yang mematikan untuk manusia dewasa. Pada konsentrasi yang rendah sekitar 1 mg, nikotin memberikan sebuah stimulant pada saraf otak kelompok mamalia untuk melepaskan dophamine, yaitu neurotransmitter yang membuat kita merasa lebih baik. Disamping itu juga melepaskan glutamate yang akan berhubungan dengan memori otak dan menyampaikan pesan bahwa rasa enak itu akan didapatkan dari merokok. Hal inilah yang menjadi awal dari ketergantungan pada nikotin melalui kebiasaan merokok.
Nikotin dari sisi farmakologi mempunyai peran dalam mempercepat denyut jantung, memperkuat setiap denyutan jantung dan memperendah konsumsi oksigen oleh otot jantung. Sedangkan dari sisi fisiodinamik, nikotin memberikan efek euphoria, meningkatkan kewaspadaan dan memberikan sensasi relaksasi atau ketenangan.
2. Tar
Tar (Total Aerosol Residue), didefinisikan sebagai padatan terlarut yang terdapat pada filter rokok. Dalam analisa laboratorium, tar merupakan hasil padatan terlarut setelah ekstraksi air dan nikotin. Kandungan tar bervariasi dalam setiap campuran tembakau dalam rokok, dimana salah satunya bergantung pada lubang (pori-pori) kecil untuk mengurangi jumlah asap rokok. Beberapa senyawa kimia dalam tar diidentifikasikan berhubungan dengan resiko kesehatan.
Pada asap rokok terkandung 92% gas dan 8% total particulalate matter (TPM) atau padatan terlarut yang terdapat dalam asap rokok Tar merupakan komponen terbesar dalam TPM yang mengandung carbohydrat, protein, alkaloid, volátil base, volátil acid, phenol dan polycylic aromatic hidrokarbon. Dalam bentuk padat tar berwarna coklat dan merupakan unsur basah tetinggal pada filter rokok. Tar terdapat dalam semua rokok dan cenderung meningkat jumlahnya ketika batang rokok yang dihisap semakin pendek.
3. Gula reduksi
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi.
Pada dasarnya proses fotosintesis merupakan kebalikan dari pernapasan. Proses pernapasan bertujuan memecah gula menjadi karbondioksida, air dan energi. Sebaliknya, proses fotosintesis mereaksikan (menggabungkan) karbondioksida dan air menjadi gula dengan menggunakan energi cahaya matahari. Secara singkat, persamaan reaksi fotosintesis yang terjadi di alam dapat dituliskan sebagai berikut:
Dalam reaksi tersebut pada prinsipnya terjadi oksidasi H2O dengan membebaskan O2 dan membentuk koenzim tereduksi, misalnya FADH2 dan NADH + H+. Selanjutnya terjadi reduksi CO2 yang membentuk rantai CO2 teroksigenasi yang dapat menghasilkan karbohidrat, asam amino, lipida, serta asam-asam hidroksil. Bila kloroplas daun dianalisis akan didapat sejumlah sukrosa, pati, enzim, dan gula fosfat. Adanya komponen-komponen tersebut mengakibatkan kloroplas dapat mensintesis beberapa senyawa lain, misalnya pektin, selulosa, hemiselulosa, pati, pentosa, dan sebagainya.
Enzim-enzim pada tanaman yang dapat menghidrolisis pati adalah β-amilase, α-amilase, dan fosforilase. Enzim β-amilase dapat memecah pati menjadi fraksi-fraksi yang kecil-kecil, misalnya pemecahan amilosa menjadi fraksi kecil yang disebut maltosa, suatu disakarida dari glukosa. Dibanding β-amilase, kemampuan menghidrolisis α-amilase lebih hebat. Enzim ini dapat menghidrolisis pati menjadi fraksi-fraksi molekul yang terdiri dari 6 sampai 7 unit glukosa.
Proses tersebut disebut proses fosforilasi, dan biasanya tidak disebut proses hidrolisis. Fosforilase dapat memecah amilosa secara tuntas, tetapi bila substratnya amilopektin, disamping glukosa terbentuk dekstrin yang disebut “dekstrin tahan fosforilase” yang molekulnya mengandung cabang-cabang dengan ikatanα-1,6.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar